PUSTAKAWAN DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Sabtu, 23 Januari 2016

PUSTAKAWAN DAN TEKNOLOGI INFORMASI


PUSTAKAWAN DAN TEKNOLOGI INFORMASI

BAB I

PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang


Teknologi informasi mulai popular pada awal dasawarsa 60-an. Istilah teknologi informasi semakin banyak digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat termasuk pustakawan.Teknologi informasi akan membawa perubahan baik kecil maupun besar sehingga memerlukan solusi baru agar dapat adaptasi. Perkembangan teknologi informasi berdampak pada perpustakaan, pustakawan dan pemustaka terkait dengan kebutuhan informasi. Masyarakat dengan fasilitas komputer dan jaringan internet dapat mengakses informasi dengan mudah dan cepat.
Dengan adanya perubahan perilaku pemustaka menjadikan perpustakaan sebagai sumber informasi memerlukan teknologi informasi untuk mengelola perpustakaan.
Perpustakaan akan ditinggalkan oleh pemustaka apabila tidak dapat mengikuti perkembangan teknologi. Pustakawan sebagai pengelola perpustakaan dapat memanfaatkan teknologi yang berkembang saat ini untuk kemajuan perpustakaan  Sebagai pengelola dan manajer informasi pustakawan diharapkan tanggap dan siap menghadapi perkembangan teknologi ini. Seperti di tegaskan dalam undang-undang no. 43 tahun 2007 ayat 8 bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang  diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.  Sedangkan tugasnya ditegaskan dalam ayat 32 adalah memberikan layanan prima terhadap pemustaka, menciptakan suasana perpustakaan yang kondusif, memberikan keteladanan dan menjaga nama baik lembaga dan kedudukannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Saat ini perpustakaan sudah banyak yang menerapan teknologi informasi untuk mengelola perpustakaan dengan alasan banyak manfaat, efektivitas, efisiensi dan mempercepat proses pelayanan.  Menurut Janet Gueniadengan kemajuan teknologi yang pesat akan memberikan harapan dari pemustaka terhadap perpustakaan. Bergesernya pengelolaan perpustakaan dari manual ke komputerisasi membawa dampak bagi perkembangan perpustakaan. Pustakawan sebagai pengelola informasi mempunyai peran yang trategis terhadap perkembangan perpustakaan tersebut. Perubahan kegiatan perpustakaan yang semula dilakukan secara manual sudah menggunakan teknologi informasi seperti pengadaan bahan pustaka, pengolahan, pelayanan sirkulasi dan temu kembali informasi.
Dalam menerapkan teknologi informasi tentu banyak hambatan dan kendala yang dialami oleh perpustakaan. Hal ini yang menjadi tugas pustakawan untuk dapat mengatasi masalah dan kendala agar penerapan teknologi informasi di perpustakaan berjalan sesuai dengan program yang telah ditetapkan.
Perpustakaan erat kaitanya dengan informasi, sehingga dibutuhkan teknologi informasi untuk mendukung informasi tersebut agar mudah ditemukan oleh pengguna,  hal ini dapat memberi dampak pula pada tingkat minat pemustaka untuk memanfaatkan perpustakaan selain itu dengan pernerapan teknologi informasi tentu saja akan membawa dampak dalam kegiatan-kegiatan perpustakaan dalam mengolah, menyimpan, dan menyebarkan informasi.
Masuknya dunia teknologi informasi dalam dunia perpustakaan telah banyak merubah wajah dunia perpustakaan, dalam perkembangannya perpustakaan pun mengalami pergeseran makna. Perpustakaan saat ini tidak lagi hanya diartikan sebagai tempat pustaka atau buku dalam bentuk cetak, akan tetapi perpustakaan saat ini sudah mengalami banyak perubahan, mulai dari sistem layanan, pengolahan sampai pada sistem penyimpanan, yang pada akhirnya juga merubah bentuk koleksinya yang berawal dari koleksi cetak, elektronik dan saat ini sudah banyak koleksi yang berbentuk digital.
Perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi tersebut juga mengharuskan adanya perubahan cara pandang pustakawan dalam mengelolah perpustakaan, dalam kacamata konvensional mengelolah perpustakaan dapat dikatakan sederhana dan relative mudah dengan bekal keilmuan dimilikinya dan model pengelolaannya pun berbasis fisik, tapi dalam kontek saat ini yang harus diolah pustakawan adalah sebuah konten informasi yang kita kenal dengan Management Content dalam temu kembali informasi.
Pengelolaan konten informasi tentu tidak sesederhana pengelolaan bahan pustaka fisik sebab pengelolaan konten informasi melibatkan disiplin ilmu dalam bidang teknologi dan ilmu perpustakaan, oleh karenanya dibutuhkan tenaga-tenaga pustakawan yang paham di bidang teknologi, sebab kalo tidak perpustakaan tidak akan berkembang seperti apa yang diungkapkan oleh S.R. Ranganathan  tentang  Five Laws of Library Science” pada point kelima yaitu “The library is growing organism” bahwa perpustakaan itu adalah ornganisasi yang tumbuh atau berkembang.
Dalam perkembangannya saat ini tingkat kunjung perpustakaan dalam bentuk fisik tidak lagi menjadi tolak ukur meningkat tidaknya pemanfaatan koleksi di perpustakaan, sebab dengan hadirnya teknologi informasi di perpustakaan akhir-akhir ini telah merubah pola kunjung pengguna kepada perpustakaan, hal ini dikarenakan teknologi telah memberikan layanan yang lebih nyaman, efektif dan efisien, dari segi waktu relatif lebih cepat, biayapun (ekonomi) relatif lebih murah dan mudah dijangkau.
Perkembangan-perkembangan inilah kemudian mengharuskan pustakawan juga mengalami pergeseran model kerja, dimana segala sesuatunya dalam perpustakaan konvensial bisa dilakukan semua oleh pustakawan, saat ini  beberapa model pekerjaan harus menggunakan bantuan mesin.

1.2              Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dibuat beberapa rumusan masalah, adapun sebagai berikut;
1.      Apa pengertian, penerapan, danfungsiteknologi  informasi ?
2.      Bagaimana peran pustakawan dalam mengelola perpustakaan berbasis teknologi informasi ?
3.      Kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh pustakawan dalam mengelola perpustakaan berbasis teknologi informasi ?
4.      Apa saja Kekurangan dan kelebihan teknologi informasi di perpustakaan ?
1.3              Tujuan dan Manfaat
1.      Untuk mengetahui apa pengertian teknologi informasi
2.      Untuk mengetahui Bagaimana peran pustakawan dalam mengelola perpustakaan berbasis teknologi informasi
3.      Untuk mengetahui kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh pustakawan dalam mengelola perpustakaan berbasis teknologi informasi
4.      Untuk mengetahui Apa saja Kekurangan dan kelebihan teknologi informasi di perpustakaan










BAB II
PEMBAHASAN


2.1    Teknologi informasi
A.    Pengertian teknologi informasi
Teknologi informasi secara umum adalah suatu teknologi yang difungsikan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dengan berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas.
Adapun beberapa pengertian teknologi informasi menurut para ahli, yaitu;
a.       Haag & Keen (1996)teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu pekerjaan dengan informasi serta melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi.
b.      Martin (1999)teknologi informasi tidak hanya terbatas pada TI (Hardware dan Software) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, serta juga mencakup teknologi komunikasi yang mengirimkan sebuah informasi.
c.       Williams dan Sawyer (2003) TI adalah teknologi yang menggabungkan Komputer dengan jalur komunikasi yang berkecepatan tinggi yang dapat membawa data, suara dan video.
d.      Lucas (2000) Teknologi Informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis
Khusus di bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi Sulistyo-Basuki menyatakan bahwa Teknologi Informasi adalah teknologi yang digunakan untuk menyimpan, mengolah, menghasilkan, dan menyebar- luaskan informasi.
Akar dari teknologi informasi pada masa sebelum ada komputer digital adalah telekomunikasi dan sistem audio-video. Kemudian dengan adanya komputer digital telah membentuk beberapa cabang  baru. Dengan adanya kemajuan-kemajuan teknologi, saat ini cakupan Teknologi informasi meliputi :
a.     Telekomunikasi. Contoh penerapannya yaitu : adanya Teleconference atau yang sekarang dikenal dengan nama Trimitra; Telkom Memo; Lacak, dll.
b.     Komputer,  termasuk mikrobentuk. Contohnya yaitu, perlindungan data, sistem pakar,  komunikasi suara dengan bantuan komputer.
c.      Jaringan digital, contohnya antara lain adanya  surat elektronik, sistem informasi,  jaringan informasi /
d.    Audiodan video, termasuksistemkomunikasioptik. Contoh :Video Conference, Video-teks ,dll.

B.     Penerapan Teknologi Informasi
1.      Pada dasarnya teknologi informasi mengalami kemajuan dalam dua arah: Pengembangan produk, yaitu pengembangan perangkat sistem dan konsep konsepnya (gagasan, prosedur), dengan cakupan aplikasi di segala bidang yang mengharuskan manusia berhubungan dengan informasi, dilihat dari perangkat yang digunakan.
2.      Aplikasi produk  dan konsep tsb. pada sejumlah kegiatan tertentu, antara lain di bidang industri, keuangan dan perdangan, percetakan, militer, dan  untuk pengelolaan pekerjaan di kantor.
Dalam makalah yang singkat ini selanjutnya penulis hanya akan membahas kemajuan teknologi informasi  dalam hubungannya dengan aplikasi produk dan konsep konsepnya khususnya pada perpustakaan dan pusat dokumentasi dan informasi.
Aplikasi teknologi informasi yang tercakup dalam ruang lingkup suatu sistem informasi,baik itu perpustakaan maupun pusat-pusat dokumentasi dan informasi, secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 4 bidang utama, yaitu :
1.      Library housekeeping  ( Perawatan /pengelolaan  perpustakaan)
2.      Information retrieval  (Temu kembali informasi / Penelusuran Informasi)
3.      General purpose software (Perangkat lunak untuk berbagai macam keperluan)
4.       Library networking (Jaringan kerjasama perpustakaan )
1.      Library Housekeeping
Library housekeeping atau pengelolaan perpustakaan, merupakan istilah umum yang mengacu pada berbagai macam kegiatan rutin yang perlu dilakukan agar supaya perpustakaan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dapat dilakukan dengan menggunakan sistem yang terpadu yang terdiri dari beberapa modul, yaitu akuisisi atau pengadaan, pengatalogan, sirkulasi, pengaksesan katalog oleh umum atau yang dikenal dengan nama OPAC (Online Public Akses Catalog), dan peminjaman antar perpustakaan.
Konsep integrasi  akhir-akhir ini telah diterapkan secara luas pada sistem housekeping  perpustakaan.  Istilah  Sistem Perpustakaan yang Terintegrasi (Integrated Library System)  sering digunakan sebagai indikasi bahwa sub-sistem atau modul-modul yang ada diintegrasikan semuanya membentuk Sistem Informasi Tunggal yang berbasis komputer yang mampu m[i]elakukan tukar menukar informasi dari satu modul ke modul lain, serentak oleh beberapa modul yang berbeda sehingga memungkinkan penggunaan dan pemanfaatan data oleh sistem akan lebih efisien. Sebagai contoh:: informasi  pengarang / judul akan digunakan bersama oleh modul : Akuisisi, Pengatalogan, Sirkulasi, OPAC (Online Public Acces Catalog), dan Informasi pengelolaan. Dari semua modul atau sub sistem ini yang paling penting bagi pemakai adalah sub sistem  OPAC, yang memungkankan pengaksesan Online ke katalog.
Sistem Perpustakaan yang Terintegrasi ini kemudian dikenal secara luas dengan nama Otomasi Perpustakaan.  Secara umum ada  tiga generasi Otomasi Perpustakaan, yaitu:
Generasi I          :Otomasi aktivitas-aktivitas pemrosesan, seperti akuisisi dan pengatalogan ditambah dengan pengendalian sirkulasi.
Generasi II        :Pengembangan dan pemasangan sistem yang terintegrasi termasuk OPAC
Generasi III       :Dibangun Local Area Network  dengan kemampuan kompetisi dan komunikasi pada stasiun kerja individu.
Pengertian Otomasi Perpustakaan kalau dilihat dari segi etimologi berasal dari  bahasa Inggris yaitu Library Automation. Kata  Automation  di dalam Microcomputer dictionary berarti :
1)  Perubahan dari suatu proses atau prosedur secara otomatis;         
2) Pelaksanaan proses dengan sarana-sarana otomatis  (Sippl, 1975).
Adapun konsep Otomasi  berdasarkan Encyclopedia of Science and Technology, Vol.1, menggambarkan penerapan mesin-mesin komputer pada penyimpanan, pemrosesan data-data bisnis, teknis, maupun ilmiah. Dengan demikian otomasi perpustakaan berarti penggunaan komputer untuk semua kegiatan perpustakaan mulai dari pengadaan, pengolahan, sampai ke layanan sirkulasi.

2.      Information  Retrieval.
Sistem informasi untuk temu kembali informasi secara elektronis pertama kali digunakan untuk pencarian data lokal dilakukan dengan menggunakan katalog. Kemudian dengan adanya kemajuan teknologi informasi  temu kembali informasi atau yang dikenal dengan penelusuran informasi juga mengalami kemajuan, yaitu dengan penggunaan sarana-saran elektronis.
Ada tiga macam sarana dalam Penelusuran informasi atau temu kembali informasi secara elektronis, yaitu :
a)      menggunakan Pangkalan Data Lokal
b)      menggunakan  CD-ROM
c)   menggunakan jaringan Wide Area Network, atau yang banyak dikenal melalui  Internet.
3.       General Purpose Software. 
Yang termasuk dalam general purpose software yang dapat digunakan di lembaga-lembaga yang bergerak di bidang dokumentasi dan informasi  adalah :
-       Word Processing : untuk pengolah teks dan pencetakan.
-       Spreadsheets                    : untuk kalkulasi keuangan
-       Graphics                          : untuk presentasi statistik
-       Desktop Publishing          : untuk penerbitan dan percetakan yang profesional
-       Electronic mail                 : untuk pendistribusian pesan
4.      Librarynetworking.
Istilah Library networking mempunyai cakupan yang luas, tetapi  biasanya meliputi ;
a.         Kerjasama antar perpustakaan atau jaringan informasi antar lembaga-lembaga yang bergerak di bidang informasi yang sama atau relevan, atau Pengkaitan komputer perpustakaan atau lembaga informasi (Pusdokinfo) dengan lembaga lainnya  di dalam institusi untuk membentuk LAN (Local Area Network)
b.         Pengkaitan komputer lembaga Pusdokinfo ke komputer lain yang jauh  jaraknya untuk membentuk Wide Area Network  atau yang sering dikenal dapat berhubungan melalui internet.
LAN dan WAN adalah jenis-jenis  jaringan yang digunakan untuk automasi  perpustakaan yang dilihat dari lingkup geografisnya.  LAN adalah suatu jaringan komputer dengan daerah kerja relatif kecil, dalam satu lokal;  dan WAN adalah jaringan komputer yang daerah kerjanya mencakup radius antar kota, antar pulau, dan bahkan antar benua. Sebenarnya masih ada jenis lain, yang disebut Metropolitat Area Network (MAN ), dengan daerah kerja antara 30 sampai 50 km, yang merupakan alternatif pilihan untuk membangun jaringan komputer kantor-kantor dalam satu kota.

C.     Fungsi teknologi informasi.

Setelah mengetahui penerapan teknoogi informasi, maka dapat kita ketahui bahwa fungsi utama Teknologi Informasi pada dasarnya adalah :
a.    Mengatur informasi  “Ing-Griyo”(in-house information ) atau informasi yang ada di dalam lembaga informasi tersebut, serta mengusahakannya agar dapat di temu balik.
b.    Meng-akses pangkalan data luar (Ektern),  yaitu pangkalan data dari lembaga-lembaga lain, maupun belahan dunia lain.
Fungsi-fungsi lainnya, yaitu :
1.    Meringankan beban kerja
2.    Efisien dan menghemat waktu dan tenaga staf
3.    Meningkatkan jasa perpusdokinfo dan fungsi-fungsi baru.
D.    Penerapan Teknologi Informasi di Perpustakaan
Menurut Ishak (2008:89) bahwa penerapan Teknologi Informasi (TI) di perpustakaan dapat difungsikan dalam berbagai bentuk, antara lain:
a.    Sebagai Sistem Manajemen Perpustakaan
Dalam perpustakaan pekerjaan yang dapat diintegrasikan dengan sistem manajemen perpustakaan adalah pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, sirkulasi, keanggotaan, statistik dan lain sebagainya. Fungsi ini sering diistilahkan sebagai bentuk automasi perpustakaan, seperti yang disampaikan Kusumaningrum :1998 dalam Ardoni (2008:33) bahwa tujuan dari automasi di perpustakaan yaitu, untuk mengatasi pekerjaan yang menumpuk, meningkatkan efisiensi, kerjasama dan sentralisasi.
b.  Sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan, dan menyebarluaskan
informasi ilmu pengetahuan dalam format digital. Bentuk penerapan TI ini sering dikenal dengan Perpustakaan digital  (digital library). 
Sedangkan menurut Line dalam Qulyubi (2003:365) mengemukakan dua alasan yang berkaitan dengan pengembangan sistem komputer di perpustakaan diantaranya adalah:
a.    Penyediaan jasa dengan biaya murah dan perolehan keuntungan dengan pengeluaran yang minimal, dimana pengembangan sistem memungkinkan penyediaan akses pada online katalog di perpustakaan dan penelusuran yang luas pada literatur yang sudah tersimpan dalam CD-ROM serta kemampuan dalam pembuatan informasi manajeman.
b.    Untuk menyediakan sistem standar yang bisa dipakai bersama di antara perpustakaan yang bekerja sama, tugas-tugas perpustakaan dapat diselesaikan lebih akurat, cepat dan terkontrol.

2.2    Peran pustakawan dalam mengelola perpustakaan berbasis teknologi informasi
Teknologi Informasi dan Pustakawan, salah satu kendala dalam implementasi teknologi informasi di perpustakaan adalah mengenai sumber daya manusia (SDM) perpustakaan (Suhartika:2004).  Kondisi SDM perpustakaan di Indonesia pada umumnya adalah secara kulaitas dan kuantitas masih terbatas, tidak merata dan kurang adanya kreativitas dan keinginan untuk menekuni profesi secara mendalam. Sementara itu, perpustakaan berbasis teknologi informasi menuntut SDM (pustakawan) yang memiliki keterampilan di bidang database, aplikasi perpustakaan, internet, jaringan serta pengelolaan komputer. Untuk menjaga kualitas SDM,maka pustakawan sebagai pengelola perpustakaan harus mempunyai persepsi dan meyakini bahwa TI merupakan bagian penting dalam pengelolaan perpustakaan.
Sedangkan menurut Zuntriana (2010) Dunia kepustakawanan telah mengalami berbagai evolusi yang tak terduga. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), terutama teknologi internet generasi kedua (web 2.0) memaksa pustakawan untuk mulai beralih paradigma dan melakukan reposisi terhadap perannya selama ini. Kemudahan teknologi web 2.0 yang bersifat partisipatif dan multi arah memberi banyak kemungkinan baru bagi para pustakawan untuk lebih menunjukkan eksistensinya di masyarakat
Pustakawan dapat memainkan perannya dengan adanya teknologi informasi dengan cara membuka wawasan terhadap peran barunya.  Pustakawan dapat menggunakan intelektual tetapi tidak meninggalkan kegiatan  rutinitas kepustakawanan.  Pustakawan dapat meningkatkan dan mengembangkan  kompetensi intelektual serta kompetensi pendukung lain seperti kompetensi komputer, kompetensi fisik, pribadi, dan kompetensi sosial.
Dalam era teknologi informasi pustakawan dapat memainkan peran barunya. Menurut Janet Guineapustakawan mempunyai peran sebagai mediator antara programmer dengan pengguna perpustakaan, antara lembaga dengan programmer.  Sedangkan menurut Hoa Chung Sunmenerangkan bahwa peran pustakawan dalam era teknologi  adalah peran pustakawan sebagai pendidik dan mengeksplorasi cara-cara yang paling efektif dalam menerapkan perubahan teknologi informasi. Peran yang dilakukan dalam pendidikan dengan melihat adanya revolusi digital seperti munculnya pembelajaran penyempurnaan Web, munculnya pustakawan sebagai pendidik teknologi informasi, adanya perubahan dasar internal perpustakaan akademik, dan banyaknya lembaga yang adopsi program komputer dengan akses universal baik melalui laptop leasing atau dengan cara lain.
Sedangkan Widodo memberikan penjelasan bahwa peran pustakawan pada era teknologi antara lain :
1.      Information Manager
a.       Librarian as gateway to future and to the past (pustakawan sebagai gerbang manajemen perpustakaan konvensional dan moderen). Ini menunjukkan bahwa, kemajuan perpustakaan masih dijiwai atau diwarnai oleh pengelolaan masa lalu yang sampai saat ini masih dianggap relevan.
b.      Librarian as knowledge/information manager (pustakawan sebagai manajer ilmu pengetahuan/informasi).Seiring dengan peran perpustakaannya, para pustakawan diposisikan sebagai sumberdaya handal dalam mengelola ilmu pengatahuan/informasi.
c.       Librarian as publisher (pustakawan sebagai penerbit).Ini bisa ditunjukkan dengan berbagai terbitan yang dihasilkan oleh perpustakaan.
d.      Librarians as organizers of networked resources (pustakawan sebagai pengorganisasi jaringan sumber informasi). Jaringan informasi tidak akan bisa berjalan sesuai yang diharapkan, apabila tidak dikelola dengan baik dan rapih. Karena itu, pustakawan dituntut untuk memahami jaringan informasi sampai belahan dunia manapun, sekaligus mampu mengelola jaringan tersebut agar bisa dimanfaatkan secara maksimal.
e.       Librarians as advocates for information policy development (pustakawan sebagai penilai kebijakan pengembangan informasi). Pustakawan diharapkan mampu memberikan penilaian informasi mana yang layak dipublikasikan dan dilayankan, dan mana informasi yang perlu di-discard.
f.       Librarians as sifters of information resources (pustakawan sebagai penyaring sumber informasi). Pustakawan harus mampu memposisikan dirinya sebagai filtering informasi.
2.      Team Work
a.    Librarian as community partners (pustakawan sebagai paeter masyarakat.  Masyarakat mempunyai peran ganda, sebagai ”pengguna” dan ”kontributor” informasi. Oleh karenanya, partnership ini perlu dikembangkan untuk menjaga keharmonisan.
b.    Librarian as a member of the digital library design team (pustakawan sebagai tim desain).User interface dan fitur-fitur akan lebih menaik dan mengena apabila dirancang/didesain bersama-sama antara pustakawan dengan perancang web.
c.    Librarians as collaborators with technology resource providers (pustakawan sebagai kolaborator penyedia sumberdaya teknologi). Pustakawan adalah pengguna teknologi dan yang mengetahui kebutuhannya akan teknologi informasi, sekaligus memahami kebutuhan pengguna akan teknologi infirormasi. Oleh sebab itu, pustakawan harus mampu menempatkan dirinya untuk bias
3.      Teacher, Consultant and Researcher
a.       Librarian as teacher and consultant (pustakawan sebagai guru dan consultant). Implementasi digital library memerlukan sosialisasi dan pendidikan pengguna. Inilah saatnya, pustakawan yang lebih memahami content dari digital library dituntut untuk berberan sebagai guru, paling tidak dalam akses informasi, sekaligus sebagai konsultan untuk bisa memberikan alternatif, misalnya sumber-sumber informasi.

b.      librarian as researcher(pustakawan sebagai peneliti). Peran pustakawan tidak lagi hanya sebagai pengelola dan penjaja informasi, namun sebagai peneliti. Hasil penelitian dan pengkajian diharapkan sebagai bahan dalam pengembangan perpustakaan ke depan.
4.      Technicians
a.       Librarians as technicians (pustakawan sebagai teknisi). Perpustakaan tidak bisa lepas dari teknologi informasi, untuk itu pustakawan diharapkan mampu memerankan dirinya pada hal-hal teknis di bidang teknologi informasi, misanya adanya “troubleshooting”.
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa peran pustakawan adalah sebagai mediator, pendidik teknologi informasi, manajer informasi, konsultan dan teknisi komputer.
2.3    Kompetensi yang harus dimiliki oleh pustakawan dalam mengelola perpustakaan berbasis teknologi informasi
Berdasar pada arti estimologi kompetensi diartikan sebagai kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan atau melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi adalah kemampuan, kecakapan.   
Dari pendapat diatas pengertian dari kompetensi pustakawan merupakan penguasaan pengetahuan dari pustakawan yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. 
Menurut Janet Guinea (Assistant systems librarian University Library University of Leicester) menjelaskan bahwa untuk memerankan peran pustakawan sebagai mediator atau perantara antara programmer dengan pengguna software. Pustakawan harus mempunyai kompetensi meliputi seluruh aspek manajemen database, konfigurasi, dukungan operasional, manupulasi format data untuk ekspor atau impor, upgrade software dan pemecahan masalah sehari-hari. Selain itu juga dituntut pengetahuan tentang unix, HTML, Z39.50, sistem manajemen database, sistem manajemen proyek, format MARC  dan standar digitalisasi.
Sedangkan menurut Menurut Ishak (2008) ada beberapa kompetensi atau skill yang harus dimiliki oleh pustakawan saat ini, adapun skill yang dimaksud diantaranya adalah skill Manajemen Informasi, skill Interpersonal, skill Manajemen Administrasi dan skill Teknologi Informasi.
Beberapa skill TI yang diperlukan diantaranya adalah :
1)      Desain Database dan Manajemen Database
2)      Data Warehousing
3)      Penerbitan elektronik
4)      Perangkat keras
5)      Arsitektur Informasi
6)      Sumber Informasi Elektronik
7)      Integrasi Informasi
8)      Desain Intranet/Extranet
9)      Aplikasi perangkat lunak
10)  Pemrogaman
11)  Workflow/Alur Kerja
12)  Pemrosesan Teks (Text Processing)
13)  Metadata
14) Perangkat lunak untuk manajemen informasi (Information Management tools )
Kompetensi pustakawan yang dibutuhkan dalam penerapan teknologi informasi adalaha pengetahuan dan ketrampilan tentang database, komputer, software, HTML, sistem manajemen database, dan pengetahuan dasar tentang jaringan komputer.         
Adapun langkah yang bisa ditempuh oleh pustakawan dalam meningkatkan kompetensi dalam bidang komputerisasi adalah
a.       Mengikuti pelatihan
b.      Mengikuti workshop dan lokakarya
c.       Kuliah diploma 1, 2 atau 3 tentang teknisi komputer,  program aplikasi software, informatika komputer, manajemen jaringan dan lain sebagainya

2.4     Kekurangan dan kelebihan serta solusi pemecahan masalah teknologi informasi di perpustakaan
A.    Kekurangan teknologi informasi di perpustakaan
Pustakawan menghadapi berbagai kendala dalam penerapan teknologi informasi. Menurut Sulistya Basuki bahwa kendala yang dihadapi oleh pustakawan Indonesia dalam penerapan teknologi informasi antara lain :
a.       Kurangnya pengetehauan pustakawan akan komputer dan aplikasinya
b.      Kurangnya sumber daya yang menguasai masalah touble komputer 
c.       Tiadanya format baku sehingga masing-masing perpustakaan menggunakan format berlainan. Akibatnya pertukaran data tidak dapat dilakukan karena tidak seragaman format sehingga harus menggunakan aplikasi lainnya.
    Sedangkan menurut Bambang Hermanto kendala atau kelemahan yang dihadapi dalam penerapan teknologi informasi di perpustakaan adalah
a.       Tergantungan pada aliran listrik atau PLN
b.      Bila komputer rusak layanan terganggu
c.       Minimnya teknisi komputer
B.     Kelebihan teknologi informasi di perpustakaan
Adapun keuntungan dari penerapan teknologi informasi diperpustakaan diantarnya adalah sebagai berikut:
1)     Mempermudah dan mengefisiensikan pekerjaan pengelolaan perpustakaan
2)      Memberikan layanan yang lebih baik pada pengguna
3)      Meningkatkan citra perpustakaan dan pustakawan
4)      Mengembangkan infrastruktur regional, nasional dan global
5)      Informasi dapat diakses dari luar perpustakaan dengan mudah
C.     Solusi pemecahan masalah TI
Selama menerapkan teknologi informasi akan mengalami tantangan dan kendala yang dihadapi. Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan tantangan bagi pustakawan. Pustakawan harus bisa menyikapi setiap tantangan dengan mencari solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Adapun solusi dalam mengatasi tantangan dan kendala sebagai berikut :
a.       Perlu adanya jenset untuk mengantisipasi terjadinya mati listrik
b.      Merengkrut tenaga teknisi komputer
c.       Mengirim pustakawan mengikuti pendidikan atau diklat atau kursus teknisi komputer
d.      Pengadaaan komputer yang baru
e.       Pustakawan dapat meningkatkan kompetensi tentang manajemen database, konfigurasi, dukungan operasional, manupulasi format data untuk ekspor atauimpor, upgrade software dan pemecahan masalah sehari-hari. Selain itu juga dituntut pengetahuan tentang unix, HTML, Z39.50, system manajemen data base, sistem manajemen proyek , format MARC  dan standar digitalisasi.




BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan


Teknologi Informasi terutama komputer telah merasuk dalam kebidang kerja kepustakawanan, semestinya sebagai orang terus berkelindan dengan informasi, pustakawan harus lebih peka terhadap perkembangan teknologi. Oleh karenanya pendidikan tentang teknologi informasi bagi pustakawan akhir-akhir ini menjadi suatu keharusan dalam meningkatkan kompetensi pustakawan, agar peran pustakawan tetap menjadi pelaku dalam pergembangan perpustakaan. Pustakawan tidak harus ahli dalam teknologi sebab dia bekerja bukan untuk itu, tapi penguasaan terhadap teknologi informasi yang ada di perpustakaan adalah suatu keharusan.
Akan tetapi melihat dinamika yang berkembang dilapangan saat ini masih masih jauh dari harapan, sebab kehadiran teknologi diperpustakaan masih dianggap suatu masalah bukan sebagai solusi, hal itu dikarenakan kemampuan pustakawan dalam menggunakan teknologi masih sangat rendah.
3.2  Saran
Peningkatan komptensi dalam bidang teknologi informasi bagi pustakawan merupakan hal yang penting dan mendesak untuk dilakukan, karena tuntutan akan kebutuhan informasi masyarakat saat ini semakin tinggi. Pergesaran peran bagi pustakawan harus segera ditindak lanjuti dengan pemahaman akan keilmuannya agar tidak menimbulkan persoalan baru. Karena kemampuan pustakawan dalam mengimplementasikan teknologi informasi  dalam perpustakaan merupakan hal yang tidak bisa dihindari. 
Daftar Pustaka
Jondhy, supriyadi. 2014.“Reposisi Peran Pustakawan Dalam Implementasi Teknologi Informasi Di Perpustakaan”. http://romahkarya.blogspot.co.id/2014/02/reposisi-peran-pustakawan-dalam.html. Di akses pada minggu, 25 Desember 2015, jam 00.30 WIB
Hermanto, Bambang. 2008.” Peran Pustakawan Dalam Implementasi Teknologi Informasi Di Perpustakaan”. http://bambanguns.blogspot.co.id/2014/11/peran-pustakawan-dalam-implementasi.htmlDi akses pada minggu, 25 Desember 2015, jam 00.30 WIB
Haryani. 2012 “Peran Pustakawan Di Era Teknologi Informasi”.https://haryaniku.wordpress.com/2012/05/11/peran-pustakawan-di-era-teknologi-informasi/ Di akses pada minggu, 25 Desember 2015, jam 00.30 WIB
Perpustsarjito. 2009 “pustakawan dan teknologi informasi”. http://perpustsardjito.blog.ugm.ac.id/2009/03/10/pustakawan-dan-teknologi-informasi/ Di akses pada minggu, 25 Desember 2015, jam 00.30 WIB



0 komentar :

Posting Komentar