PUSTAKAWAN DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PUSTAKAWAN DAN TEKNOLOGI
INFORMASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Teknologi informasi mulai popular pada awal dasawarsa 60-an.
Istilah teknologi informasi semakin banyak digunakan oleh berbagai lapisan
masyarakat termasuk pustakawan.Teknologi informasi akan membawa perubahan baik
kecil maupun besar sehingga memerlukan solusi baru agar dapat adaptasi.
Perkembangan teknologi informasi berdampak pada perpustakaan, pustakawan dan
pemustaka terkait dengan kebutuhan informasi. Masyarakat dengan fasilitas
komputer dan jaringan internet dapat mengakses informasi dengan mudah dan cepat.
Dengan adanya perubahan perilaku pemustaka menjadikan perpustakaan sebagai sumber informasi memerlukan teknologi informasi untuk mengelola perpustakaan.
Dengan adanya perubahan perilaku pemustaka menjadikan perpustakaan sebagai sumber informasi memerlukan teknologi informasi untuk mengelola perpustakaan.
Perpustakaan akan ditinggalkan oleh pemustaka apabila tidak
dapat mengikuti perkembangan teknologi. Pustakawan sebagai pengelola
perpustakaan dapat memanfaatkan teknologi yang berkembang saat ini untuk
kemajuan perpustakaan Sebagai pengelola dan manajer informasi pustakawan
diharapkan tanggap dan siap menghadapi perkembangan teknologi ini. Seperti di
tegaskan dalam undang-undang no. 43 tahun 2007 ayat 8 bahwa pustakawan adalah
seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Sedangkan
tugasnya ditegaskan dalam ayat 32 adalah memberikan layanan prima terhadap
pemustaka, menciptakan suasana perpustakaan yang kondusif, memberikan
keteladanan dan menjaga nama baik lembaga dan kedudukannya sesuai dengan tugas
dan tanggung jawabnya.
Saat ini perpustakaan sudah banyak yang menerapan teknologi
informasi untuk mengelola perpustakaan dengan alasan banyak manfaat,
efektivitas, efisiensi dan mempercepat proses pelayanan. Menurut Janet
Gueniadengan kemajuan teknologi yang pesat akan memberikan harapan dari
pemustaka terhadap perpustakaan. Bergesernya pengelolaan perpustakaan dari
manual ke komputerisasi membawa dampak bagi perkembangan perpustakaan. Pustakawan sebagai pengelola informasi
mempunyai peran yang trategis terhadap perkembangan perpustakaan tersebut.
Perubahan kegiatan perpustakaan yang semula dilakukan secara manual
sudah menggunakan teknologi informasi seperti pengadaan bahan pustaka,
pengolahan, pelayanan sirkulasi dan temu kembali informasi.
Dalam menerapkan teknologi informasi tentu banyak hambatan
dan kendala yang dialami oleh perpustakaan. Hal ini yang menjadi tugas
pustakawan untuk dapat mengatasi masalah dan kendala agar penerapan teknologi
informasi di perpustakaan berjalan sesuai dengan program yang telah ditetapkan.
Perpustakaan erat kaitanya dengan informasi, sehingga
dibutuhkan teknologi informasi untuk mendukung informasi tersebut agar mudah
ditemukan oleh pengguna, hal ini dapat
memberi dampak pula pada tingkat minat pemustaka untuk memanfaatkan
perpustakaan selain itu dengan pernerapan teknologi informasi tentu saja akan
membawa dampak dalam kegiatan-kegiatan perpustakaan dalam mengolah, menyimpan,
dan menyebarkan informasi.
Masuknya dunia teknologi informasi dalam
dunia perpustakaan telah banyak merubah wajah dunia perpustakaan, dalam
perkembangannya perpustakaan pun mengalami pergeseran makna. Perpustakaan saat
ini tidak lagi hanya diartikan sebagai tempat pustaka atau buku dalam bentuk
cetak, akan tetapi perpustakaan saat ini sudah mengalami banyak perubahan,
mulai dari sistem layanan, pengolahan sampai pada sistem penyimpanan, yang pada
akhirnya juga merubah bentuk koleksinya yang berawal dari koleksi cetak,
elektronik dan saat ini sudah banyak koleksi yang berbentuk digital.
Perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh
perkembangan teknologi tersebut juga mengharuskan adanya perubahan cara pandang
pustakawan dalam mengelolah perpustakaan, dalam kacamata konvensional
mengelolah perpustakaan dapat dikatakan sederhana dan relative mudah dengan
bekal keilmuan dimilikinya dan model pengelolaannya pun berbasis fisik, tapi
dalam kontek saat ini yang harus diolah pustakawan adalah sebuah konten
informasi yang kita kenal dengan Management
Content dalam temu kembali informasi.
Pengelolaan konten informasi tentu tidak
sesederhana pengelolaan bahan pustaka fisik sebab pengelolaan konten informasi
melibatkan disiplin ilmu dalam bidang teknologi dan ilmu perpustakaan, oleh
karenanya dibutuhkan tenaga-tenaga pustakawan yang paham di bidang teknologi,
sebab kalo tidak perpustakaan tidak akan berkembang seperti apa yang
diungkapkan oleh S.R. Ranganathan
tentang “Five Laws of Library Science” pada point kelima yaitu “The library is growing organism” bahwa
perpustakaan itu adalah ornganisasi yang tumbuh atau berkembang.
Dalam perkembangannya saat ini
tingkat kunjung perpustakaan dalam bentuk fisik tidak lagi menjadi tolak ukur
meningkat tidaknya pemanfaatan koleksi di perpustakaan, sebab dengan hadirnya teknologi
informasi di perpustakaan akhir-akhir ini telah merubah pola kunjung pengguna
kepada perpustakaan, hal ini dikarenakan teknologi telah memberikan layanan
yang lebih nyaman, efektif dan efisien, dari segi waktu relatif lebih cepat,
biayapun (ekonomi) relatif lebih murah dan mudah dijangkau.
Perkembangan-perkembangan inilah kemudian
mengharuskan pustakawan juga mengalami pergeseran model kerja, dimana segala
sesuatunya dalam perpustakaan konvensial bisa dilakukan semua oleh pustakawan,
saat ini beberapa model pekerjaan harus
menggunakan bantuan mesin.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang diatas dapat dibuat beberapa rumusan masalah, adapun sebagai berikut;
1. Apa
pengertian, penerapan, danfungsiteknologi informasi ?
2. Bagaimana
peran pustakawan dalam mengelola perpustakaan berbasis teknologi informasi ?
3. Kompetensi
apa saja yang harus dimiliki oleh pustakawan dalam mengelola perpustakaan
berbasis teknologi informasi ?
4. Apa
saja Kekurangan dan kelebihan teknologi informasi di perpustakaan ?
1.3
Tujuan
dan Manfaat
1. Untuk
mengetahui apa pengertian teknologi informasi
2. Untuk
mengetahui Bagaimana peran pustakawan dalam mengelola perpustakaan berbasis
teknologi informasi
3. Untuk
mengetahui kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh pustakawan dalam
mengelola perpustakaan berbasis teknologi informasi
4. Untuk
mengetahui Apa saja Kekurangan dan kelebihan teknologi informasi di
perpustakaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Teknologi informasi
A.
Pengertian teknologi
informasi
Teknologi informasi secara umum adalah suatu teknologi yang
difungsikan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan,
menyusun, menyimpan, memanipulasi data dengan berbagai cara untuk menghasilkan
informasi yang berkualitas.
Adapun beberapa pengertian teknologi informasi menurut
para ahli, yaitu;
a. Haag
& Keen (1996)teknologi informasi adalah seperangkat alat yang
membantu pekerjaan dengan informasi serta melakukan tugas-tugas yang
berhubungan dengan pemrosesan informasi.
b. Martin
(1999)teknologi informasi tidak hanya terbatas pada TI (Hardware dan
Software) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, serta juga
mencakup teknologi komunikasi yang mengirimkan sebuah informasi.
c. Williams
dan Sawyer (2003) TI adalah teknologi yang menggabungkan Komputer dengan
jalur komunikasi yang berkecepatan tinggi yang dapat membawa data, suara dan
video.
d. Lucas
(2000) Teknologi Informasi adalah segala bentuk teknologi yang
diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis
Khusus
di bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi Sulistyo-Basuki menyatakan bahwa Teknologi
Informasi adalah teknologi yang digunakan untuk menyimpan, mengolah,
menghasilkan, dan menyebar- luaskan informasi.
Akar dari teknologi informasi pada masa sebelum ada komputer
digital adalah telekomunikasi dan sistem audio-video. Kemudian dengan adanya
komputer digital telah membentuk beberapa cabang baru. Dengan adanya kemajuan-kemajuan
teknologi, saat ini cakupan Teknologi informasi meliputi :
a.
Telekomunikasi. Contoh penerapannya yaitu :
adanya Teleconference atau yang sekarang dikenal dengan nama Trimitra;
Telkom Memo; Lacak, dll.
b.
Komputer,
termasuk mikrobentuk. Contohnya yaitu, perlindungan data, sistem
pakar, komunikasi suara dengan bantuan
komputer.
c.
Jaringan digital, contohnya antara lain
adanya surat elektronik, sistem
informasi, jaringan informasi /
d. Audiodan video, termasuksistemkomunikasioptik. Contoh :Video
Conference, Video-teks ,dll.
B. Penerapan
Teknologi Informasi
1. Pada dasarnya teknologi informasi mengalami kemajuan
dalam dua arah: Pengembangan produk, yaitu pengembangan perangkat sistem dan
konsep konsepnya (gagasan, prosedur), dengan cakupan aplikasi di segala bidang
yang mengharuskan manusia berhubungan dengan informasi, dilihat dari perangkat
yang digunakan.
2. Aplikasi produk
dan konsep tsb. pada sejumlah kegiatan tertentu, antara lain di bidang
industri, keuangan dan perdangan, percetakan, militer, dan untuk pengelolaan pekerjaan di kantor.
Dalam makalah yang singkat ini selanjutnya penulis hanya
akan membahas kemajuan teknologi informasi
dalam hubungannya dengan aplikasi produk dan konsep konsepnya khususnya
pada perpustakaan dan pusat dokumentasi dan informasi.
Aplikasi teknologi informasi yang tercakup dalam ruang lingkup
suatu sistem informasi,baik itu perpustakaan maupun pusat-pusat dokumentasi dan
informasi, secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 4 bidang utama, yaitu :
1. Library housekeeping ( Perawatan /pengelolaan perpustakaan)
2.
Information retrieval (Temu kembali
informasi / Penelusuran Informasi)
3. General purpose
software (Perangkat lunak untuk berbagai macam
keperluan)
4. Library networking
(Jaringan kerjasama perpustakaan )
1.
Library Housekeeping
Library
housekeeping atau pengelolaan perpustakaan,
merupakan istilah umum yang mengacu pada berbagai macam kegiatan rutin yang
perlu dilakukan agar supaya perpustakaan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Dengan
adanya kemajuan teknologi informasi dapat dilakukan dengan menggunakan sistem
yang terpadu yang terdiri dari beberapa modul, yaitu akuisisi atau pengadaan,
pengatalogan, sirkulasi, pengaksesan katalog oleh umum atau yang dikenal dengan
nama OPAC (Online Public Akses Catalog),
dan peminjaman antar perpustakaan.
Konsep
integrasi akhir-akhir ini telah
diterapkan secara luas pada sistem housekeping perpustakaan. Istilah
Sistem Perpustakaan yang Terintegrasi (Integrated Library System) sering digunakan sebagai indikasi bahwa
sub-sistem atau modul-modul yang ada diintegrasikan semuanya membentuk Sistem
Informasi Tunggal yang berbasis komputer yang mampu m[i]elakukan
tukar menukar informasi dari satu modul ke modul lain, serentak oleh beberapa
modul yang berbeda sehingga memungkinkan penggunaan dan pemanfaatan data oleh
sistem akan lebih efisien. Sebagai contoh:: informasi pengarang / judul akan digunakan bersama oleh
modul : Akuisisi, Pengatalogan, Sirkulasi, OPAC (Online Public Acces
Catalog), dan Informasi pengelolaan. Dari semua modul atau sub sistem ini
yang paling penting bagi pemakai adalah sub sistem OPAC, yang memungkankan pengaksesan Online ke
katalog.
Sistem Perpustakaan yang Terintegrasi ini kemudian
dikenal secara luas dengan nama Otomasi Perpustakaan. Secara umum ada tiga generasi Otomasi Perpustakaan, yaitu:
Generasi I :Otomasi
aktivitas-aktivitas pemrosesan, seperti akuisisi dan pengatalogan ditambah
dengan pengendalian sirkulasi.
Generasi II :Pengembangan
dan pemasangan sistem yang terintegrasi termasuk OPAC
Generasi III :Dibangun
Local Area Network dengan kemampuan kompetisi dan komunikasi pada stasiun kerja individu.
Pengertian Otomasi Perpustakaan kalau dilihat dari segi
etimologi berasal dari bahasa Inggris
yaitu Library Automation. Kata Automation di dalam Microcomputer dictionary
berarti :
1) Perubahan dari
suatu proses atau prosedur secara otomatis;
2) Pelaksanaan
proses dengan sarana-sarana otomatis
(Sippl, 1975).
Adapun konsep Otomasi
berdasarkan Encyclopedia of Science and Technology, Vol.1, menggambarkan
penerapan mesin-mesin komputer pada penyimpanan, pemrosesan data-data bisnis,
teknis, maupun ilmiah. Dengan demikian otomasi perpustakaan berarti penggunaan
komputer untuk semua kegiatan perpustakaan mulai dari pengadaan, pengolahan,
sampai ke layanan sirkulasi.
2.
Information Retrieval.
Sistem informasi untuk temu kembali informasi secara
elektronis pertama kali digunakan untuk pencarian data lokal dilakukan dengan
menggunakan katalog. Kemudian dengan adanya kemajuan teknologi informasi temu kembali informasi atau yang dikenal
dengan penelusuran informasi juga mengalami kemajuan, yaitu dengan penggunaan
sarana-saran elektronis.
Ada tiga macam sarana dalam Penelusuran informasi atau
temu kembali informasi secara elektronis, yaitu :
a) menggunakan
Pangkalan Data Lokal
b) menggunakan CD-ROM
c) menggunakan
jaringan Wide Area Network, atau yang banyak dikenal melalui Internet.
3. General Purpose Software.
Yang
termasuk dalam general
purpose software yang dapat digunakan di lembaga-lembaga yang bergerak di
bidang dokumentasi dan informasi adalah
:
-
Word
Processing :
untuk pengolah teks dan pencetakan.
-
Spreadsheets : untuk kalkulasi keuangan
-
Graphics :
untuk presentasi statistik
-
Desktop
Publishing :
untuk penerbitan dan percetakan yang profesional
-
Electronic
mail : untuk pendistribusian pesan
4. Librarynetworking.
Istilah
Library networking mempunyai cakupan yang luas, tetapi biasanya meliputi ;
a.
Kerjasama antar
perpustakaan atau jaringan informasi antar lembaga-lembaga yang bergerak di
bidang informasi yang sama atau relevan, atau Pengkaitan komputer perpustakaan
atau lembaga informasi (Pusdokinfo) dengan lembaga lainnya di dalam institusi untuk membentuk LAN (Local
Area Network)
b.
Pengkaitan komputer
lembaga Pusdokinfo ke komputer lain yang jauh
jaraknya untuk membentuk Wide Area
Network atau yang sering dikenal
dapat berhubungan melalui internet.
LAN dan WAN adalah jenis-jenis jaringan yang digunakan untuk automasi perpustakaan yang dilihat dari lingkup
geografisnya. LAN adalah suatu jaringan
komputer dengan daerah kerja relatif kecil, dalam satu lokal; dan WAN adalah jaringan komputer yang daerah
kerjanya mencakup radius antar kota, antar pulau, dan bahkan antar benua.
Sebenarnya masih ada jenis lain, yang disebut Metropolitat Area Network (MAN
), dengan daerah kerja antara 30 sampai 50 km, yang merupakan alternatif
pilihan untuk membangun jaringan komputer kantor-kantor dalam satu kota.
C. Fungsi teknologi informasi.
Setelah
mengetahui penerapan teknoogi informasi, maka dapat kita ketahui bahwa fungsi
utama Teknologi Informasi pada dasarnya adalah :
a. Mengatur
informasi “Ing-Griyo”(in-house
information ) atau informasi yang ada di dalam lembaga informasi tersebut,
serta mengusahakannya agar dapat di temu balik.
b. Meng-akses
pangkalan data luar (Ektern), yaitu
pangkalan data dari lembaga-lembaga lain, maupun belahan dunia lain.
Fungsi-fungsi
lainnya, yaitu :
1.
Meringankan beban kerja
2.
Efisien dan menghemat
waktu dan tenaga staf
3. Meningkatkan jasa perpusdokinfo dan fungsi-fungsi baru.
D.
Penerapan Teknologi Informasi di Perpustakaan
Menurut Ishak
(2008:89) bahwa penerapan Teknologi Informasi (TI) di perpustakaan dapat
difungsikan dalam berbagai bentuk, antara lain:
a.
Sebagai Sistem
Manajemen Perpustakaan
Dalam perpustakaan pekerjaan
yang dapat diintegrasikan dengan sistem manajemen perpustakaan adalah
pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, sirkulasi, keanggotaan, statistik dan
lain sebagainya. Fungsi ini sering diistilahkan sebagai bentuk automasi perpustakaan,
seperti yang disampaikan Kusumaningrum :1998 dalam Ardoni (2008:33) bahwa
tujuan dari automasi di perpustakaan yaitu, untuk mengatasi pekerjaan yang
menumpuk, meningkatkan efisiensi, kerjasama dan sentralisasi.
b. Sebagai
sarana untuk menyimpan, mendapatkan, dan menyebarluaskan
informasi ilmu
pengetahuan dalam format digital. Bentuk penerapan TI ini sering dikenal dengan
Perpustakaan digital (digital
library).
Sedangkan menurut Line dalam Qulyubi (2003:365) mengemukakan
dua alasan yang berkaitan dengan pengembangan sistem komputer di perpustakaan
diantaranya adalah:
a. Penyediaan
jasa dengan biaya murah dan perolehan keuntungan dengan pengeluaran yang
minimal, dimana pengembangan sistem memungkinkan penyediaan akses pada online
katalog di perpustakaan dan penelusuran yang luas pada literatur yang sudah
tersimpan dalam CD-ROM serta kemampuan dalam pembuatan informasi manajeman.
b. Untuk
menyediakan sistem standar yang bisa dipakai bersama di antara perpustakaan
yang bekerja sama, tugas-tugas perpustakaan dapat diselesaikan lebih akurat,
cepat dan terkontrol.
2.2 Peran
pustakawan dalam mengelola perpustakaan berbasis teknologi informasi
Teknologi Informasi
dan Pustakawan, salah satu kendala dalam implementasi teknologi informasi di
perpustakaan adalah mengenai sumber daya manusia (SDM) perpustakaan
(Suhartika:2004). Kondisi SDM
perpustakaan di Indonesia pada umumnya adalah secara kulaitas dan kuantitas
masih terbatas, tidak merata dan kurang adanya kreativitas dan keinginan untuk
menekuni profesi secara mendalam. Sementara itu, perpustakaan berbasis
teknologi informasi menuntut SDM (pustakawan) yang memiliki keterampilan di
bidang database, aplikasi perpustakaan, internet, jaringan serta pengelolaan
komputer. Untuk menjaga kualitas SDM,maka pustakawan sebagai pengelola
perpustakaan harus mempunyai persepsi dan meyakini bahwa TI merupakan bagian
penting dalam pengelolaan perpustakaan.
Sedangkan
menurut Zuntriana (2010) Dunia kepustakawanan telah mengalami berbagai evolusi
yang tak terduga. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK),
terutama teknologi internet generasi kedua (web 2.0) memaksa pustakawan untuk
mulai beralih paradigma dan melakukan reposisi terhadap perannya selama ini.
Kemudahan teknologi web 2.0 yang bersifat partisipatif dan multi arah memberi
banyak kemungkinan baru bagi para pustakawan untuk lebih menunjukkan
eksistensinya di masyarakat
Pustakawan
dapat memainkan perannya dengan adanya teknologi informasi dengan cara membuka
wawasan terhadap peran barunya. Pustakawan dapat menggunakan intelektual
tetapi tidak meninggalkan kegiatan rutinitas kepustakawanan.
Pustakawan dapat meningkatkan dan mengembangkan kompetensi intelektual
serta kompetensi pendukung lain seperti kompetensi komputer, kompetensi fisik,
pribadi, dan kompetensi sosial.
Dalam era
teknologi informasi pustakawan dapat memainkan peran barunya. Menurut Janet
Guineapustakawan mempunyai peran sebagai mediator antara programmer dengan pengguna
perpustakaan, antara lembaga dengan programmer. Sedangkan menurut Hoa
Chung Sunmenerangkan bahwa peran pustakawan dalam era teknologi adalah
peran pustakawan sebagai pendidik dan mengeksplorasi cara-cara yang paling
efektif dalam menerapkan perubahan teknologi informasi. Peran yang dilakukan
dalam pendidikan dengan melihat adanya revolusi digital seperti munculnya
pembelajaran penyempurnaan Web, munculnya pustakawan sebagai pendidik teknologi
informasi, adanya perubahan dasar internal perpustakaan akademik, dan banyaknya
lembaga yang adopsi program komputer dengan akses universal baik melalui laptop
leasing atau dengan cara lain.
Sedangkan
Widodo memberikan penjelasan bahwa peran pustakawan pada era teknologi antara
lain :
1. Information
Manager
a. Librarian as
gateway to future and to the past (pustakawan sebagai gerbang
manajemen perpustakaan konvensional dan moderen). Ini menunjukkan bahwa,
kemajuan perpustakaan masih dijiwai atau diwarnai oleh pengelolaan masa lalu
yang sampai saat ini masih dianggap relevan.
b. Librarian as
knowledge/information manager (pustakawan sebagai manajer ilmu
pengetahuan/informasi).Seiring dengan peran perpustakaannya, para pustakawan
diposisikan sebagai sumberdaya handal dalam mengelola ilmu
pengatahuan/informasi.
c. Librarian as
publisher (pustakawan sebagai penerbit).Ini bisa ditunjukkan
dengan berbagai terbitan yang dihasilkan oleh perpustakaan.
d. Librarians
as organizers of networked resources (pustakawan sebagai pengorganisasi
jaringan sumber informasi). Jaringan informasi tidak akan bisa berjalan sesuai
yang diharapkan, apabila tidak dikelola dengan baik dan rapih. Karena itu,
pustakawan dituntut untuk memahami jaringan informasi sampai belahan dunia
manapun, sekaligus mampu mengelola jaringan tersebut agar bisa dimanfaatkan
secara maksimal.
e. Librarians
as advocates for information policy development (pustakawan
sebagai penilai kebijakan pengembangan informasi). Pustakawan diharapkan mampu
memberikan penilaian informasi mana yang layak dipublikasikan dan dilayankan,
dan mana informasi yang perlu di-discard.
f. Librarians
as sifters of information resources (pustakawan sebagai penyaring sumber
informasi). Pustakawan harus mampu memposisikan dirinya sebagai filtering
informasi.
2. Team Work
a. Librarian as
community partners (pustakawan sebagai paeter masyarakat. Masyarakat
mempunyai peran ganda, sebagai ”pengguna” dan ”kontributor” informasi. Oleh
karenanya, partnership ini perlu dikembangkan untuk menjaga
keharmonisan.
b. Librarian as
a member of the digital library design team (pustakawan
sebagai tim desain).User interface dan fitur-fitur akan lebih menaik dan
mengena apabila dirancang/didesain bersama-sama antara pustakawan dengan
perancang web.
c. Librarians
as collaborators with technology resource providers (pustakawan
sebagai kolaborator penyedia sumberdaya teknologi). Pustakawan adalah pengguna
teknologi dan yang mengetahui kebutuhannya akan teknologi informasi, sekaligus
memahami kebutuhan pengguna akan teknologi infirormasi. Oleh sebab itu,
pustakawan harus mampu menempatkan dirinya untuk bias
3. Teacher,
Consultant and Researcher
a. Librarian as
teacher and consultant (pustakawan sebagai guru dan consultant).
Implementasi digital library memerlukan sosialisasi dan pendidikan pengguna.
Inilah saatnya, pustakawan yang lebih memahami content dari digital library
dituntut untuk berberan sebagai guru, paling tidak dalam akses informasi,
sekaligus sebagai konsultan untuk bisa memberikan alternatif, misalnya
sumber-sumber informasi.
b. librarian as
researcher(pustakawan sebagai peneliti). Peran pustakawan tidak lagi hanya
sebagai pengelola dan penjaja informasi, namun sebagai peneliti. Hasil
penelitian dan pengkajian diharapkan sebagai bahan dalam pengembangan
perpustakaan ke depan.
4. Technicians
a.
Librarians as technicians
(pustakawan sebagai teknisi). Perpustakaan tidak bisa lepas dari teknologi
informasi, untuk itu pustakawan diharapkan mampu memerankan dirinya pada
hal-hal teknis di bidang teknologi informasi, misanya adanya “troubleshooting”.
Dari uraian
diatas disimpulkan bahwa peran pustakawan adalah sebagai mediator, pendidik
teknologi informasi, manajer informasi, konsultan dan teknisi komputer.
2.3 Kompetensi
yang harus dimiliki oleh pustakawan dalam mengelola perpustakaan berbasis
teknologi informasi
Berdasar
pada arti estimologi kompetensi diartikan sebagai kemampuan yang dibutuhkan
untuk melakukan atau melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi
adalah kemampuan, kecakapan.
Dari
pendapat diatas pengertian dari kompetensi pustakawan merupakan penguasaan
pengetahuan dari pustakawan yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau
pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.
Menurut
Janet Guinea (Assistant systems librarian University Library University of
Leicester) menjelaskan bahwa untuk memerankan peran pustakawan sebagai mediator
atau perantara antara programmer dengan pengguna software. Pustakawan harus
mempunyai kompetensi meliputi seluruh aspek manajemen database, konfigurasi,
dukungan operasional, manupulasi format data untuk ekspor atau impor, upgrade
software dan pemecahan masalah sehari-hari. Selain itu juga dituntut
pengetahuan tentang unix, HTML, Z39.50, sistem manajemen database, sistem
manajemen proyek, format MARC dan standar digitalisasi.
Sedangkan
menurut Menurut Ishak (2008) ada beberapa kompetensi atau skill yang harus
dimiliki oleh pustakawan saat ini, adapun skill yang dimaksud diantaranya
adalah skill Manajemen Informasi, skill Interpersonal, skill Manajemen
Administrasi dan skill Teknologi Informasi.
Beberapa
skill TI yang diperlukan diantaranya adalah :
1)
Desain
Database dan Manajemen Database
2)
Data
Warehousing
3)
Penerbitan
elektronik
4)
Perangkat
keras
5)
Arsitektur
Informasi
6)
Sumber
Informasi Elektronik
7)
Integrasi
Informasi
8)
Desain
Intranet/Extranet
9)
Aplikasi
perangkat lunak
10) Pemrogaman
11) Workflow/Alur
Kerja
12) Pemrosesan
Teks (Text Processing)
13) Metadata
14) Perangkat
lunak untuk manajemen informasi (Information Management tools )
Kompetensi
pustakawan yang dibutuhkan dalam penerapan teknologi informasi adalaha
pengetahuan dan ketrampilan tentang database, komputer, software, HTML, sistem
manajemen database, dan pengetahuan dasar tentang jaringan komputer.
Adapun
langkah yang bisa ditempuh oleh pustakawan dalam meningkatkan kompetensi dalam
bidang komputerisasi adalah
a.
Mengikuti
pelatihan
b. Mengikuti
workshop dan lokakarya
c.
Kuliah
diploma 1, 2 atau 3 tentang teknisi komputer, program aplikasi software,
informatika komputer, manajemen jaringan dan lain sebagainya
2.4 Kekurangan dan kelebihan serta solusi
pemecahan masalah teknologi informasi di perpustakaan
A. Kekurangan
teknologi informasi di perpustakaan
Pustakawan
menghadapi berbagai kendala dalam penerapan teknologi informasi. Menurut
Sulistya Basuki bahwa kendala yang dihadapi oleh pustakawan Indonesia dalam
penerapan teknologi informasi antara lain :
a. Kurangnya
pengetehauan pustakawan akan komputer dan aplikasinya
b. Kurangnya
sumber daya yang menguasai masalah touble komputer
c. Tiadanya
format baku sehingga masing-masing perpustakaan menggunakan format berlainan.
Akibatnya pertukaran data tidak dapat dilakukan karena tidak seragaman format
sehingga harus menggunakan aplikasi lainnya.
Sedangkan
menurut Bambang Hermanto kendala
atau kelemahan yang dihadapi dalam penerapan teknologi informasi di
perpustakaan adalah
a.
Tergantungan
pada aliran listrik atau PLN
b.
Bila komputer rusak layanan
terganggu
c.
Minimnya teknisi komputer
B. Kelebihan
teknologi informasi di perpustakaan
Adapun
keuntungan dari penerapan teknologi informasi diperpustakaan diantarnya adalah
sebagai berikut:
1) Mempermudah
dan mengefisiensikan pekerjaan pengelolaan perpustakaan
2)
Memberikan
layanan yang lebih baik pada pengguna
3)
Meningkatkan
citra perpustakaan dan pustakawan
4)
Mengembangkan
infrastruktur regional, nasional dan global
5)
Informasi
dapat diakses dari luar perpustakaan dengan mudah
C.
Solusi pemecahan masalah TI
Selama
menerapkan teknologi informasi akan mengalami tantangan dan kendala yang
dihadapi. Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan tantangan bagi
pustakawan. Pustakawan harus bisa menyikapi setiap tantangan dengan mencari
solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Adapun solusi dalam mengatasi
tantangan dan kendala sebagai berikut :
a. Perlu adanya
jenset untuk mengantisipasi terjadinya mati listrik
b. Merengkrut
tenaga teknisi komputer
c. Mengirim
pustakawan mengikuti pendidikan atau diklat atau kursus teknisi komputer
d. Pengadaaan
komputer yang baru
e. Pustakawan
dapat meningkatkan kompetensi tentang manajemen database, konfigurasi, dukungan
operasional, manupulasi format data untuk ekspor atauimpor, upgrade software
dan pemecahan masalah sehari-hari. Selain itu juga dituntut pengetahuan tentang
unix, HTML, Z39.50, system manajemen data base, sistem manajemen proyek ,
format MARC dan standar digitalisasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teknologi
Informasi terutama komputer telah merasuk dalam kebidang kerja kepustakawanan,
semestinya sebagai orang terus berkelindan dengan informasi, pustakawan harus
lebih peka terhadap perkembangan teknologi. Oleh karenanya pendidikan tentang
teknologi informasi bagi pustakawan akhir-akhir ini menjadi suatu keharusan dalam
meningkatkan kompetensi pustakawan, agar peran pustakawan tetap menjadi pelaku
dalam pergembangan perpustakaan. Pustakawan tidak harus ahli dalam teknologi
sebab dia bekerja bukan untuk itu, tapi penguasaan terhadap teknologi informasi
yang ada di perpustakaan adalah suatu keharusan.
Akan tetapi
melihat dinamika yang berkembang dilapangan saat ini masih masih jauh dari
harapan, sebab kehadiran teknologi diperpustakaan masih dianggap suatu masalah
bukan sebagai solusi, hal itu dikarenakan kemampuan pustakawan dalam
menggunakan teknologi masih sangat rendah.
3.2 Saran
Peningkatan
komptensi dalam bidang teknologi informasi bagi pustakawan merupakan hal yang
penting dan mendesak untuk dilakukan, karena tuntutan akan kebutuhan informasi
masyarakat saat ini semakin tinggi. Pergesaran peran bagi pustakawan harus
segera ditindak lanjuti dengan pemahaman akan keilmuannya agar tidak
menimbulkan persoalan baru. Karena kemampuan pustakawan dalam
mengimplementasikan teknologi informasi
dalam perpustakaan merupakan hal yang tidak bisa dihindari.
Daftar
Pustaka
Jondhy, supriyadi. 2014.“Reposisi Peran
Pustakawan Dalam Implementasi Teknologi Informasi Di Perpustakaan”. http://romahkarya.blogspot.co.id/2014/02/reposisi-peran-pustakawan-dalam.html. Di
akses pada minggu, 25 Desember
2015, jam 00.30 WIB
Hermanto, Bambang. 2008.” Peran Pustakawan
Dalam Implementasi Teknologi Informasi Di Perpustakaan”. http://bambanguns.blogspot.co.id/2014/11/peran-pustakawan-dalam-implementasi.htmlDi
akses pada minggu, 25 Desember
2015, jam 00.30 WIB
Haryani. 2012
“Peran Pustakawan Di Era Teknologi Informasi”.https://haryaniku.wordpress.com/2012/05/11/peran-pustakawan-di-era-teknologi-informasi/
Di akses pada minggu, 25 Desember 2015, jam 00.30 WIB
Perpustsarjito.
2009 “pustakawan dan teknologi informasi”. http://perpustsardjito.blog.ugm.ac.id/2009/03/10/pustakawan-dan-teknologi-informasi/ Di akses pada minggu,
25 Desember 2015, jam 00.30 WIB
0 komentar :
Posting Komentar